Rabu, 12 Agustus 2015

“TAUBAT SEORANG IBU”



Asslm.Wr.Wb
Taubat nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja atau lupa… dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang berTAQWA serta menjauhkan antara ia dengan jalan-jalan syaitan yang terkutuk.
Maka bersegeralah sdr2ku untuk menuju kepada-Nya, bertaubat kepada-Nya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang suka bertaubat, niscaya Allah akan membangkitkan sdr2ku pada kedudukan yang mulia lagi terhormat. Allah SWT menjanjikan balasan yang sangat agung bagi mereka yang bertaubat kepada-Nya dengan taubatan nashuha, karena Allah menyukai hamba-hamba yang suka berTAUBAT.
Allah berfirman,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah: ayat 222)
Kisah Nyata Taubat Seorang Ibu:
Ada seorang ibu yang merasa geram terhadap putrinya karena ia tidak lagi seperti dulu dalam menghormati para tamu. Pekan ini, ia tidak menghormati tamu ibunya. Sang ibu merasa heran karena putrinya adalah seorang gadis yang saat beragama.
Di hari terakhir dari pekan ini sang putri Fatimah namanya duduk ketika ibunya menyambut tetangganya yang datang berkunjung. Hampir saja sang ibu pingsan ketika melihat anaknya tetap terpaku duduk tidak bergerak dari tempat duduknya; tidak berdiri untuk menyambut tetangganya yang baik hati lagi mulia. Lebih-lebih ketika tetangga itu mendekati si putri sambil mengulurkan tangannya. Akan tetapi sang putri, pura-pura tidak tahu dan tidak menyambut uluran tangan tetangganya. Ia membiarkan saja sang tetangga berdiri beberapa saat sambil mengulurkan tangannya didepan ibunya yang geram dan kebingungan. Hingga ibunya berteriak:
“Berdiri! Dan jabat tangannya Fatimah!”
Sang putri hanya membalas dengan pandangan ketidak pedulian tanpa bergeser sedikitpun dari tempat duduknya seolah-olah ia tuli tidak mendengar kata-kata ibunya. Sang tetangga merasa sangat tidak enak terhadap kelakukan sang putri dan ia menganggap bahwa kehormatannya telah diinjak-injak dan dihina. Maka segera ia menarik tangannya kembali dan berbalik ingin segera pulang ke rumahnya sambil mengatakan:
“Sepertinya, saya mengunjungi kalian pada waktu yang tidak tepat.” 
Tiba-tiba Fatimah meloncat dari tempat duduknya dan memegangi tangan tetangganya lalu mencium kepalanya sambil mengatakan:
“Maafkan bibi, demi Allah saya tidak bermaksud berbuat buruk kepada bibi.”
Fatimah menuntun tangannya dengan lembut penuh dengan rasa sayang dan penghormatan dan mengajaknya duduk seraya mengatakan:
“Tahukah engkau wahai bibi, betapa saya mencintaimu dan menghormatimu.” 
Fatimah berhasil menenangkan perasaan tetangganya dan menghapus goresan yang telah melukai hatinya karena sikapnya yang aneh dan tidak terfahami. Sementara ibunya menahan amarahnya jangan sampai termuntahkan dihadapan putrinya. Sang tetanggapun berpamitan untuk pulang dan Fatimah segera bangkit mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinnya memegangi tangan kanan tetangganya agar tidak mengulurkannya kepadanya. Dia mengatakan:
“Seyogyanya tangan kanan saya harus tetap terulur tanpa bibi mengulurkan tangan bibi kepadaku agar saya dapat melunasi keburukan yang telah aku perbuat terhadap bibi.”
Akan tetapi bibi, sang tetangga langsung mendekap Fatimah kedadanya dan menciumi kepalanya seraya mengatakan:
“Tidak apa-apa anakku, karena kamu telah bersumpah bahwa kamu tidak berniat buruk kepadaku.”
Begitu sang tetangga meninggalkan rumah, sang ibu langsung menegur putrinya dalam kemarahan yang tertahan:
“Mengapa kamu bertindak seperti ini Fatimah?” 
Fathimah menjawab:
“Saya tahu kalau saya menyebabkan ibu merasa tidak enak seperti ini, maafkan saya ibu.” 
Ibunya bertanya:
“Ia mengulurkan tangannya kepadamu, tetapi kamu tetap duduk tidak berdiri, dan tidak menjabat tangannya?!” 
Fatimah menjawab:
“Ibu juga melakukan yang sama setiap hari!” 
Ibu berteriak dengan penuh rasa heran:
“Apa? Aku melakukannya setiap hari?!” 
Fatimah menjawab:
“Iya, Ibu melakukannya siang dan malam.” 
Ibunya semakin marah terheran-heran:
“Apa? Aku melakukannya siang dan malam?” 
Ia menjawab:
“Betul Ibu, Dia menjulurkan tangannya kepada ibu, tapi ibu tidak pernah menjabat tangan-Nya.” 
Ibunya semakin marah tidak faham:
“Siapa yang mengulurkan tangan-Nya kepadaku dan aku tidak menyambutnya?!” 
Fathimah menjawab:
“Allah bu, Allah yang Maha Suci mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari agar ibu bertaubat, dan Dia mengulurkan tangan-Nya kepada Ibu di malam hari agar ibu bertaubat, akan tetapi ibu tidak mau bertaubat. Ibu tidak mengulurkan tangan kepada-Nya.” 
Ibu terdiam. Ucapan putrinya membuatnya terperanjat dan tertegun. Sang putri melanjutkan perkataannya:
“Bukankah ibu merasa bersedih, ketika saya tidak mengulurkan tangan untuk menjabat tangan tetangga kita tadi? Dan ibu khawatir jika dia berpresepsi buruk kepadaku? Saya wahai ibu, merasa bersedih setiap hari ketika mendapati ibu tidak mengulurkan tangan untuk bertaubat kepada Allah yang Maha Suci yang selalu mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari dan di malam hari”. 
Nabi Muhammad saw bersabda dalam sebuah hadis shahih:
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di malam hari hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR. Muslim) 
Maka berlinanglah kedua mata sang ibu. Sang putri melanjutkan ucapannya, semakin menajamkan nasihatnya:
“Saya sangat mengkhawatirkan ibu, ketika ibu tidak shalat, karena pertama kali yang akan ditanyakan kepada ibu di hari Qiamat adalah shalat. Saya sangat bersedih ketika melihat ibu keluar dari rumah tanpa menutup aurat yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bukankah ibu merasa tidak enak ketika melihat tindakanku terhadap tetangga kita tadi? Saya wahai ibu sangat merasa tidak enak dihadapan teman-temanku ketika mereka mempertanyakan kepadaku tentang keluarnya ibu tanpa jilbab dan tanpa memperhatikan aturan-aturan agama sementara saya adalah gadis yang berjilbab.”
Maka air mata taubat semakin deras mengalir membasahi kedua pipi sang ibu dan putripun ikut menangis karena tidak bisa menahan rasa harunya melihat ibunya memperhatikan nasihat dan menerima kebenaran. Maka iapun bangkit dan memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang yang amat dalam. Sementara ibunya dengan isak tangisnya mengatakan:
“Aku bertaubat kepada-Mu ya Allah… Aku bertaubat kepadamu ya Allah…” 
Oleh karena itu wahai para ibu, wahai para bapak, wahai para gadis, wahai para pemuda bertaubatlah kepada Allah, jangan ditunda-tunda lagi. Allah mengetahui keadaan kita. Allah mengetahui apa yang tersirat dalam hati kita masing-masing. Dan Allah menunggu taubat kita setiap saat. Dan Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat. Maka, apakah kita selalu bertaubat kepada-Nya?
Allah berfirman,
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? (Ali-Imran: ayat 135)
Nabi Muhammad saw yang sudah dijamin Allah masuk SURGA, selalu memperbanyak taubat dan istighfar, memohon ampunan, sehingga para sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam bertaubat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.
“Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun.” 
Semoga kita semua ini termasuk hamba-hamba yang suka bertaubat kepada Allah Swt, menyesali berbuatan buruk yang pernah kita lakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi…sehingga hati ini selalu dalam keadaan suci. Hati yang suci inilah salah satu tanda orang yang berTAQWA.
Wasslm. Wr.Wb,

0 komentar:

Posting Komentar